Kamis, 28 Mei 2015

Cerpen "Pelangi di Hidupku"

Hai hai teman-teman semua aku sudah lama tidak lagi beraktivitas di blog setelah tiba-tiba aku kehilangan memori password blog ku yang lama (-_-"). Apa boleh di kata setelah berfikir panjang..... dan penuh banyak pertimbangan (sebenarnya karena memang udah lama vakum nulis sih jadi ini alesan dari kemalasan seorang wkwwkkwkwk) pada akhirnya kubuatlah blog ini. Semoga ada yang berkenan sejenak berkunjung dan menikmati tulisan saya yang terkadang gak jelas ini ya. Untuk perkenalan saya pos cerpen yang sebenarnya khusus saya persembahkan untuk teman dekat saya waktu SMK. Dulu berkat bimbingan belajar dari dia juga akhirnya nilai ulangan matematika saya lumayan bagus hehehehehe. Ya udah tanpa basa basi lagi yuuuuk CEKIDOT!!!!!!!


PELANGI DI HIDUPKU



Kau benar........ dulu di hidupku hanya ada warna kelabu. Meski biru langit akan tetap menyapa setiap harinya. Namun sekali kelabu tetap kelabu. Tak mudah merubahnya menjadi berwarna dengan sendirinya. Kini baru kusadari ... Kamu ... Cuma kamu yang mampu merubah mendung di hati ini menjadi pelangi yang berwarna – warni.

Andini Lestari ........itu namaku. Hari – hariku biasa saja seperti orang kebanyakan. Cewek sederhana yang tak suka macam – macam,  meski hidup di tengah pergaulan nakal kawan sebayaku. Mungkin karena takut atau malas, entahlah....... tapi aku tak suka ambil terlalu banyak resiko. Jika hanya untuk menurut. Apa susahnya?? Mengapa harus melawan? Begitulah aku, mereka bilang aku terlalu sederhana. Memangnya kenapa? Orang tuaku juga mengajariku arti kesempurnaan yang luar biasa. Jadi......... kesederhanaan adalah hal berharga yang aku syukuri sekarang.

“Din...... aku lagi BT nih jalan – jalan yuk... “ Icha masih saja asik dengan tabletnya dengan wajah sebal melirikku yang juga sibuk dengan tugasku.

“Iya cha....... mau kemana? Kamu lupa besok ada ulangan matematika. Kalo udah kena remed baru tau rasa!” Jawabku menjulurkan lidah mengejeknya.

“Ok bu guru... aku belum nenek – nenek kok.Jadi aku belum pikun kaliiiii. Tapi apa salahnya kita makan es krim dulu keluar. Biar otak lebih encer gituuu.”

“Nggak ah alasan... terakhir kali aku nurutin kamu.. Kamu malah ngajak cowok  kamu segala. Jadinya aku malah gak pulang – pulang nemenin kamu nge-date.”

“Tapi..........”Bantahnya sekali lagi.

“Sekali nggak...... tetep nggak cha..... aku udah bela-belain datang ke rumah kamu buat ngerjain tugas 
bareng dan sekarang kamu malah males-malesan kayak gini.”

Icha kembali manyun.... dan terlihat kehilangan semangat. Kembali tiduran sambil memainkan tabletnya, tak menggubrisku yang memandang kesal layar laptop karena jalan buntu untuk menyelesaikan tugas ini semakin jelas terlihat.

“Ya udahlah cha, aku mau pulang aja. Nanti aku lanjutkan di rumah tugasnya. Besok kamu tinggal terima beres aja. Kayak biasnya kan.” Sindirku sambil melengos pergi.

“Hehehe loe emang pren gw din.” Ujarnya nyengir sambil bergegas mengantarkanku ke ujung pintu rumahnya.

“Seneng banget kelihatanya lihat aku pulang..... ada tamu lain yang sedang ditunggu-tunggu dari tadi ya.” Jawabku lagi sebelum benar-benar meninggalkan teras rumahnya. Ia hanya menjawab dengan gaya centilnya menjulurkan lidah dan tersenyum simpul.

“Sudah kuduga...... Ya udahlah aku pulang dulu ya cha daaa...” Kataku lagi sambil  melambaikan tangan,

“Dada Andini hati-hati di jalan yaaaa?????”

Malam yang sunyi dan dingin tanpa siapapun menemani. Cukuplah semilir angin ini berhembus di sekitarku....... paling tidak suaranya masih dapat menjadi kawan bisingku dalam perjalanan ke rumah. Tiba-tiba pandanganku tersita pada sesosok bayangan di ujung jalan sana. Pemuda itu masih mondar-mandir sambil sesekali menengok jalanan lengang di depanya. Jalanan yang hampir gelap sepenuhnya. Oh ya aku lupa lampunya rusak saat hujan kemarin sore. Tau begini..... lebih baik aku minta Icha mengantarkanku sampai ke rumah dengan motornya. Baiklah aku tidak takut gelap.... aku harus segera melewatinya agar cepat sampai di rumah menyelesaikan sisa tugasku untuk dikumpulkan besok. Kalau tidak tamatlah riwayatku dengan Pak Andre. Sebenarnya Tuhan Maha Penyayang sudah mengirimkan cowok sebayaku ini untuk menemaniku. Tapi aku tak mungkin memaksanya untuk mengantarku pulang. Ini tidak lucu....... apalagi aku tak mengenalnya... Sudahlah Andini lebih baik berjalan cepat dan segera sampai rumah. Tanpa ba bi bu lagi aku segera memasuki gang gelap itu.

“Tunggu...........” Tampaknya pemuda itu memanggilku.

“Ada apa?” Aku segera berbalik arah dan melihat wajahnya. Dalam remang cahaya malam sosok tingginya masih kentara. Mata bulat dan hidung mancungnya itu tampak begitu serasi dengan kulit putihnya. Rambut hitam yang bergoyang terkena semilir angin membuat aku tertegun sesaat, tunggu apa yang ada di pikiranku sih????

“Kamu mau ke sana??” Tanyanya kemudian.

“Iya.......” Jawabku singkat masih memandang cowok tinggi itu yang semakin mendekat. Ia tak dpat menyembunyikan kegugupan di wajahnya. Bulir – bulir keringat nmpak deras mengalir membassahi dahi dan wajahnya. Ekspresi ketakutan. Tapi pada apa ya?? Padaku??

“Boleh aku bareng sama kamu?”  Ucapnya lagi antusias dengan pandangan penuh harap.

“Ke sana ?” Jawabku menunjuk jalanan gelap nan lengang yang tepat berada dihadapanku.

“Iya” Jawabnya dngan berbisik sambil menggaruk kepalanya yng tak gatal.

“Boleh.” Jawabku lagi singkat. Segera berjalan mendahuluinya. Ia berlari kecil. Mensejajarkan langkahnya agar tepat di sampingku. Suasana begitu hening sampai akhirnya, tiba-tiba terdengar suara gaduh ranting pohon yang sedikit membuat bulu kudukku berdiri.

“Apa itu??!!” Seketika cowok di sampingku berteriak histeris sambil memegang tanganku erat. Aku hampir meninjunya karena sudah berperilaku tak sopan. Dengan mata melotot aku ingin menghakiminya. Tapi percuma saja wajahnya tak kelihatan, jalanan ini terlalu gelap untuk bisa melihat ke sekekelingnya.

“Sorry!! Aku takut banget! Tolong jngan cepat-cepat ya?” Terdengar suaranya yang memang terlihat gugup.

“Ok.” Balasku singkat. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan sampai ke ujung jalan, dengan posisi tanganya yang masih terus menggamit lenganku erat. Cowok ini beneran takut atau cari kesempatan sih.

“Udah sampai di jalan yang sangat terang benderang. Sekarang boleh aku minta kmu lepasin tanganku.” Ucapku tersenyum manis, tapi aku tahu ucapanku penuh sindiran.

“Oh oke maaf sekali lagi” Ujarnya cepat-cepat menjauhkan tanganya dariku. Kami kembali  melangkah melanjutkan perjalanan.

“Aku memang phobia dengan suasana gelap. Akumemiliki pengalaman buruk dengan itu.” Katanya memecah kesunyian yang lumayan lama diantara kita berdua.

“Owh ya, maaf kalau begitu.” Yah ternyata dia phobia, pantesan aja takutnya sampe’ kayak gitu.

“Kenapa harus minta maaf. Harusnya aku sangat  berterima kasih sama kamu. Gak tau deh.  Kalau gak ada kamu mungkin aku gak bisa pulang malem ini.” Ucapnya  tersenyum manis. Senyum yang baru kulihat sejak awal bertemu. Sungguh berbeda dengan paras ketakutanya tadi.

“Owh ya. Aku sudah sampai di rumah ni. Aku duluan ya.” Ucapnya lagi membuyarkan lamunanku. Loh bukanya ini???? Rumahnya di samping rumah aku?? Jadi ini tetangga baru yang ibu maksud kemaren?? 
Kenapa aku baru tahu ya?? Dasar kurang sosialisasi. Tapi aku tetap diam, dan tidak bermaksud memberitahunya.

“Owh oke.” Balasku singkat.

Pagi ini, lumayan pagi yang sangat berat. Udah jam setengah tujuh dan aku belum sarapa. Kemarin aku ketiduran saat mengerjakan tugas. Parahnya masih ada 5 soal yang belum kukerjakan. Mampus?? Badanku capek semua karena tidur dengan posisi duduk.

“Bu aku berangkat dulu ya??” Kataku sambil meminum segelas susu coklat hangat di meja makan.

“Loh.... Gak sarapan dulu din.” Ibuku yang tengah memasak segera menghampiriku.

“Udah telat bu’. Nanti aku anji deh, pasti sarapan di sekolah. Pamit dulu ya bu’ Assalamualaikum.” Ucapku cepat seraya mencium tangan ibu dan lekas pergi.

“Eh..... Hati-hati din.”

Baru saja aku keluar pagar. Aku sudah melihat laki-laki itu tepat di depanku.

“Hei....Pagi.... Aku baru tahu kalau kita tetanggaan.” Ucapnya tersenyum simpul menyapaku dengan tatapan teduhnya.

“Owh.... Hai Pagi juga.” Ucapku sejenak salting. Apa sih yang ada di pikiranku?

“Bareng yuk.” Ucapnya sambil menepuk motor yang berada di sampingnya.

“Oke. Kelihatanya gak ada pilihan lain.” Jawabku balas tersenyum seraya mengetuk jam di tangan. Kami pun tertawa lepas kemudian.

“Kamu juga sekolah sini ya?” Ucapku menyerahkan helm miliknya.

“Ya aku siswa baru di sini. Kebetulan yang aneh ya??” Ia kembali tersenyum simpul seperti biasanya.

“Hehehehe kelihatanya aku bakalan punya temen buat nebeng tiap hari nih.” Canddaku membuatnya tertawa.

“Tenang aja. Siap bos” Balasnya dengan isyarat hormat.

“Gak ah gue cuman bercanda.”

Suasana hening sesaat. Dan saat itu juga aku ingat akan hal yang sangat penting.

“Owh ya. Aku kan harus ngelanjutin pr yang kemarin udah dulu ya???? ........Kruuuuuuk” Ucapku hendak pergi. Tapi kenapa suara nih perut jadi ikut-ikutan sih... Masa’ gak sarapan satu kali aja bisa bikin aku selaper ini. Bukan lapernya sih yang aku permasalahin tapi gimana malunya aku sama cowok ini.

“Eh tunggu dulu.” Sergahnya menahan lenganku.

“Kelihatanya perut kamu juga perlu diisi dulu deh.” Ucapnya tersenyum nakal.

“Udah ikut aku ke kantin.” Ucapnya lagi menyeretku pergi tanpa mendengar persetujuanku lebih dulu.

“Eh aku belum selesai ngerjain pr loh.Koq udah main ngajak ke kantin aja sih.” Protesku saat melihatnya mencomot roti dan menyuruhku ikut makan juga.

“Ya udah deh. Mana sini ku lihat pr-nya. Mungkin aja aku bisa bantu.” Ucapnya santai. Tanpa ba bi bu lagi, kuberikan soal super sulit itu padanya. Dan dengan entengnya ia terlihat mengerjakan sambil makan roti coklat. 5 menit ...... 10 menit tak terasa aku udah habis 2 bungkus roti coklat. Ternyata beneran laper nih aku hehehehehe.

“Udah beres.” Ucapnya setelah beberapa menit nampak serius, mengembaalikan laptop padaku. Dan benar saja. Semua soal sudah terjawab dengan mudahnya.

“Hebat juga kamu.”

“Ya iyalah itu kan soal kelas 2.”

“Emangnya kamu udah kelas berapa sekarang?” Ujarku setengah heran.

“Kelas 3 lah, emang sih wajah aku kayak  anak kelas 1 ya.” Ucapnya dengan gaya sok cool, membuat kita sejenak tertawa lepas.

“Eh kayaknya daritadi kita cuman panggil aku kamu, kita belum tahu nama masing-masing lo. Kenalin nama aku Roni.” Katanya mengulurkan tangan hendak menjabatku.

“Andini.” Balasku menjabat lenganya.

Entah mengapa baru kali ini aku bisa senyaman ini bersama seorang kakak kelas yang baru aku kenal. Semenjak hari itu aku semakin dekat dengan kak Roni. Meski kedekatan kami hanya sebatas belajar bareng dan berangkat juga pulang bersama. Tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda di hari-hariku saat ini. Dan aku nggak tahu  apa sebenarnya yang aku rasakan?

“Eh Din kamu tau gak anak baru yang wajahnya keren bingit itu.”

“Siapa sih.” Ucapku masih sbuk mengerjakan pr fisika tanpa menanggapi cerita Icha.

“Itu kakak kelas kita yang namanya kak Roni.” Katanya lagi lebih bersemangat.

“Owh.” Balasku singkat. Entah mengapa aku kesal melihat Icha yang dari tadi kelihatanya amat tertarik membahas kak Roni. Mau dikemanain coba pacarnya itu. Eh tapi kenapa gue jadi  sewot ya?

“Koq ekspresi kamu BT gitu sih Cha. Tapi beneran loh dia keren buktinya semu cewek satu sekolah idolain dia. Habis dia pinter banget di segala bidang.

“Emang iya. Masa sih?” Ucapku tak lagi menghiraukan layar laptop dan memandang serius wajah Icha.

“Ya Ampun ada apa nih din. Akhirnya kamu ada kemajuan bisa suka ama cowok.” Godanya sambil tertawa nakal.

“Ya gak lah. Enak aja. Kamu itu yang harusnya ada kemajuan di sekolah supaya kamu nggak gitu-gitu aja nilainya.”Kataku segera memperhatikan layar laptop lagi.

“Yeeee koq kamu malah ngejek aku sih.” Jawabnya sambil sok cemberut.
Tiba-tiba  dering handphone Icha berbunyi, dan kelihatanya aku tahu itu dari siapa.

“Ya ampun Din, maaf ya kayaknya........” Belum sempat dia selesai mengatakan alasanya aku sudah menimpali lebih dulu.

“Aku gak bisa ngelanjutin kerja kelompok ini. Aku pulang duluan ya ada urusan mendadak.” Ucpku dengan gaya ala Icha. Hadeeeeehhh aku kesel banget dah.

“Hehehehehe itu kamu udah tau cha . Ya udah yaaaa akupulang dulu maaf gak bisa nemenin.” Dan setelah pamit dia langsung ngibrit pergi keluar.

Haduuuhhh perut aku sakit lagi kayaknya magh aku kambuh. Dasar Icha aku jadi pulang sendiri deh dari perpustakaan umum. Dan kayaknya aku mulai gak kuat jalan. Perutku sakit banget. Aku berhenti sebentar sambil memegangi perut, berharap ada yang bisa nolongin.

“Kamu gak kenapa-napa din.” Tiba-tiba terdengar suara seorang cowok. Tampak familiar di telingaku.  Kak Roni??

“Nggak tahu nih kak. Perutku sakit banget.”

“Ayo aku antar ke rumah sakit.”

“Aku bareng pulang aja kak.”

“Udah ke rumah sakit aja. Wajah kamu udah pucet gitu.” Tanpa pikir panjang lagi, aku menuruti perintah Kak Roni, dan segera naik ke atas motor gedhenya.

Benar juga penyakit tifusku kambuh, sudah 3 hari aku tidak masuk sekolah, dan selama itu juga setiap pulang sekolah. Kak Roni selalu datang menjenguk dan memastikan aku telah meminum obatnya. Entah apa yang sedang kurasakan dan apa arti dari semua perhatianya ini? Aku juga tak tahu apakah ia masih single? Tapi kelihatanya itu mustahil, banyak anak perempuan yang menyukainya. Dan tak sulit untuk dirinya memilih salah satu. Sedangkan aku hanya cewek biasa yang tak begitu terarik dengan soal asmara? Bukanya tugas pelajar adalah belajar? Tapi apa salah jika kenyataanya aku mulai menyukaimu kak Roni?

Hari ini penerimaan raport, Alhamdulillah aku masih bisa membuat orang tuaku bangga dengan juara kelas yang kuraih. Namun sudah 3 hari aku tak bertemu dengan kak Roni. Padahal besok adalah hari kelulusanya.

“Untuk lulusan terbaik tahun ini diraih oleh Roni Putra Wijaya” Tepuk tangan riuh mengantarkan kak Roni menuju panggung. Dari jauh aku bisa melihat wjahnya terlihat sangat bahagia. Namun ternyata ia masih bisa melihatku dan menyapaku dengan senyumanya yang khas itu, Mengacungkan jempolnya seperti biasa.

“Hai Din gak mau ngasih aku ucapan selamat.” Ucap Kak Roni yang tiba-tiba mengagetkanku dari belakang.

“Eh kak Roni? Iya Selamat ya udah dapet juara pertama lulusan terbaik tahun ini.”Ucapku menjabat tanganya.

“Aku mau kuliah ke Banung din.” Ucapnya membuat ekspresiku kembali tak bersemnagt tapi aku mencoba menutupi semuanya dengan senyuman.

“Owh ya, aku dukung kakak kok.”

“Kamu yakin, gak bakalan kangen sama aku.” Ucapnya membuat kami tertawa lagi. Sama seperti dulu. Suasana hening sesaat. Kami seolah sibuk dengan fikiran masing-masing.

“Din aku suka sama kamu.” Kata Kak Roni membuat jantungku seolah brehenti di detik itu juga. Aku bahkan tak berani memandang matanya yang masih menatapku dalam diam.

“Maaf din sebenarnya aku ingin menunggu saat hari kelulusanmu, tapi setelah ini kita takkan bisa bertemu seperti biasanya lagi. Biarkanlah aku mengungkapkan perasaan ini Din. Kamu tak perlu menjawabnya.” Katanya lagi seraya memegang tanganku.

Ku hanya bisa tersenyum simpul, Entah mengapa aku merasa lega, menyadari ternyata cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Aku memberanikan diri mendongakkan kepalaku ke atas. Memandang matanya yang teduh seolah masih serius dengan ucapanya.

“Aku juga suka sama kamu kak.”


“Beneran Din? Kamu gak bercanda. Aku kira kamu cuman nganggap aku kakak.” Ujarnya seolah begitu lega mendengar jawabanku.

“Aku kira kakak juga nganggap aku cuman adik.”

“Masa’ sih Din kamu gak peka juga dengan semua perhatianku sama kamu. Sejak awal bertemu kamu Din. Aku gak lagi phobia sama gelap. Dan dari hari ke hari aku semakin dekat sama kamu. Aku semakin yakin bahwa aku sayang sama kamu.” Ucapnya lagi masih dengan tatapan serius.

“Aku akan menunggumu Din, aku tahu kamu pasti akan ke Bandung juga kan. Ke Universitas impian kamu. Kita akan meraih mimpi bersama-sama Din.” Katanya mantap dngn senyuman lebih cerah dari biasanya. Membuatku yakin bahwa setelah ini hari-hariku akan berbeda, tak ada lagi kelabu. Kamu benar kak, hidup itu seperti pelangi. Warna warni cinta akan memberi harapan besar bagi hidup. Dan kamu adalah orang yang telah membuatku memiliki perasaan itu. Suatu rasa yang disebut CINTA.

TAMAT

Ma'af ya teman-teman kalau sedikit jelek, maklum masih newbie dan sering mogok karena kehilangan inspirasi atau apalah hehehehehe. Semoga berkenan membaca dan sampai jumpa lagi di next post saya ya  :) .